Nama Guru : Yahya , S.Pd.I
Mata Pelajaran : PAI
Kelas. : XI IPS 1
Pertemuan ke : 1
Kode KD : 1.2 2.4
Meyakini adanya rosul-rosul Alloh SWT
2.4 menunjukkan perilaku saling menolong sebagai cerminan beriman kepada rosul-rosul Alloh SWT
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Meyakini kebenaran adanya rosul-rosul Alloh SWT
* Menunjukkan sikap perilaku saling menolong sebagai cerminan beriman kepada rosul-rosul Alloh SWT
* Menjelaskan ketentuan pelaksanaan
pernikahan berdasarkan syariat Islam.
• Menjelaskan dalil-dalil tentang iman kepada rosul-rosul Alloh SWT
بسم الله الرحمن الرحيم
salamu'alaikum Wr. Wb....
Kembali lagi kita berjumpa dalam
pembelajaran PAI
Sebelum memulai pembelajaran silahkan berdo'a terlebih dahulu dan semoga semuanya sudah melaksanakan sholat dhuha...
Dan kali ini kita masih membahas tentang bab munakahat, dan pembahasan kali ini membagikan hak dan kedudukan perempuan dalam keluarga berdasarkan hukum islam. Silahkan dicermati langkah pembelajaran yang akan kita laksanakan...
1. Pelajari Uraian materi PAI hari ini
2. Interaksi lebih lanjut seputar urain materi, pertanyaan dan tanya jawab dilakukan melalui WA Grup PJJ
3. 10 menit sebelum pembelajaran berakhir akan ada 2 soal sebagai bahan evaluasi yang harus kalian jawab secara langsung melalui WA Grup PJJ
Iman kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah kelas XI)
A. Pengertian Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt. yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.
Mengimani rasul-rasul Allah Swt. merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa rasulrasul Allah Swt. tersebut. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisā/4: 136.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. an-Nisā/4: 136)
B. Perbedaan Nabi dan Rasul
Rasul:
- Rasul adalah orang yang diberi wahyu dengan syariat baru
- Rasul senantiasa memiliki kitab atau lembaran-lembaran (shuhuf) yang memuat syariat baru atau sebgian dari syariat Rasul sebelumnya
Nabi:
- Nabi adalah orang yang diutus Allah menjalankan dan mengokohkan syariat Rasul-rasul sebelumnya
- Nabi belum tentu memiliki kitab atau lembaran-lembaran (shuhuf)
C. Jumlah Nabi dan Rasul
Jumlah Nabi dan Rasul itu banyak. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya secara pasti. Namun ada hadits Nabi yang menyebutkan jumlah Nabi dan Rasul tersebut. Sebagian Allah sebutkan kisahnya dalam Al-Quran, sedangkan sebagian lainnya tidak disebutkan. Allah berfirman dalam QS:
Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. ketika ditanya tentang jumlah para nabi, beliau menjawab, “ Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 315. Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga, menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 312.”Jumlah nabi yang mendapat gelar ulul azmi ada lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.
D. Sifat-sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Para Rasul Allah
Rasul sebagai utusan Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.
1. Sifat Wajib
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut.
a. Aṡ-Ṡiddiq
Aṡ-Ṡiddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya adalah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, berikut ini:
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)
b. Al-Amānah
Al-Amānah, yaitu rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26 106-107 berikut ini:
Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106107)
c. At-Tabligh
At-Tabligh, yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān, Ali pun menegaskan bahwa “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan ini terkait dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.
Artinya:“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67)
Kecerdasan Rasulullah saw.
Al-kisah, sehabis kaum Quraisy membangun Ka’bah bersama Rasulullah saw., mereka berselisih dan bertengkar antara satu suku dan suku lainnya soal siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Masing-masing merasa lebih berhak daripada yang lain dan tidak ada yang mau mengalah. Kemudian, mereka sepakat untuk mencari juru penengah. Mereka bersepakat siapa saja yang pertama kali muncul di jalan besar, dialah juru penengahnya. Tiba-tiba mereka melihat ada seorang yang muncul di jalan besar. Ternyata beliau adalah Rasulullah saw. “Telah datang wahai orang terpercaya al-Am ³ n,” kata mereka. Kemudian, mereka menceritakan apa yang jadi persoalan mereka selama ini. Maka, Rasulullah saw. meletakkan Hajar Aswad di atas kain dan mengundang para pemimpin mereka untuk memagang ujung-ujung kain itu dan diangkat bersama-sama, kemudian Rasulullah mengambil dan meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula. Sungguh jalan keluar dan penyelesaian yang sangat cerdas yang diperlihatkan Rasulullah saw. di hadapan kelompok yang bertengkar. (Riwayat Imam Ahmad dan Abu Ishaq)
d. Al-Faṭānah
Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan alHajār al-Aswād (batu hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw
2. Sifat Mustahil
Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat wajib, yaitu seperti berikut.
a. Al-Kiẓẓib
Al-Kiẓẓib, yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong atau dusta.
Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S an-Najm/53: 2-4)
b. Al-Khiānah Al-Khiānah, yaitu mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan.
Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām/6: 106)
c. Al-Kiṭmān Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia sampaikan kepada umatnya.
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50)
d. Al-Balādah Al-Balādah yaitu mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. tidak bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia pandai.
Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S alA’rāf/7: 199)
3. Sifat Jāiz
Sifat jāiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.
Di samping rasul memiliki sifat wajib dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz, tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat berbeda. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “...(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al-Mu’minūn/23: 33)
Selain tersebut di atas, rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti berikut.
1. Ishmaturrasūl adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun.
2. Iltizamurrasūl adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah Allah Swt.
Tugasnya. Silahkan fahami & rangkum materi Abi hari
Kirim ke email Abi yahyaabizahra@gmail.com
Demikian menteri abi hari ini mudah-mudahan ada manfaatnya wassalamu'alaikum wa wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar