Jumat, 29 November 2019
Kamis, 28 November 2019
Rabu, 27 November 2019
Selasa, 26 November 2019
Materi PAI kls XI IPA 4 & IPS 1 hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama Islam XI - Hormat dan Patuh pada orang tua dan guru
Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apakah kalian ingin kuberi tahu mengenai dosa-dosa besar yang paling berat?, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali, sampai orang-orang menjawab, “Ya tolong beritahukan kepada kami Ya Rasulullah.” Kemudian beliau mengatakan “Mempersekutukan Allah dan tidak taat kepada orang tuamu.”
Menghormati orang tua (birrul walidain)
a. Dalil naqli
- Qs. Al-Isra/17:23 - 24
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
- Qs. An-Nisa/4:36
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
- Qs. Al-Baqarah/2:115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
- Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang amal-amal yang paling utama dan paling dicintai Allah. Beliau menjawab , pertama, shalat pada awal waktu, kedua, berbakti kepada kedua orang tua dan ketiga, jihad di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dari Abdullah bin Amr, dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (H.R. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu”, Dia bertanya lagi , “Kemudian siapa?”, Beliau menjawab, “Ibumu.”, Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?.” Beliau menjawab, “Ibumu.”, DIa bertanya lagi, “Kemudian siapa?.”, beliau menjawab, “Kemudian ayahmu.” (H.R. Bukhari)
b. Sikap dan perilaku yang menunjukkan birrul walidain
- Mengikuti segala nasihat yang baik dan berusaha menyenangkan hatinya.
- Selalu memohonkan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Bergaul dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.
- Merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada keduanya.
- Apabila orang tua sudah meninggal, maka seorang anak harus memohonkan ampun kepada Allah, membayar utang, melaksanakan wasiat dan menyambung silaturrahim kepada teman dan kerabat kedua orang tuanya.
- Membantu orang tua dalam segala hal, baik akal fikiran, tenaga maupun financial.
Menghormati guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu.”
(H.R. Abu Hasan Mawardi).
Imam Al-Ghazali berkata,
“Seorang murid hendaklah memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya, mendiamkan diri sewaktu guru sedang menyampaikan pelajaran dan menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan guru.”
Sikap dan perilaku yang menunjukkan hormat dan patuh/santun pada guru
- Memuliakan, tidak menghina atau mencaci guru.
- Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
- Ketika belajar hendaknya berpakaian rapi dan sopan
- Tidak mengobrol atau sibuk sendiri saat guru sedang menjelaskan pelajaran.
- Beranya kepada guru apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti dengan cara yang baik.
- Saat bertanya menggunakan cara dan bahasa yang baik.
- Tidak menyeletuk atau bertanya yang tidak ada faedahnya yang sekedar mengolok-olok.
C. Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesame
Pentingnya menuntut ilmu
- Wahyu pertama yang diterima Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perintah menuntut ilmu. Qs. Al-Alaq/96:1-5.
- Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Qs. Al-Mujadilah/58:11.
Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam untuk menuntut ilmu.
- Qs. At-Taubah/9:122Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.
- Dari Anas radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas semua orang Muslim.” (HR. Baihaqi).
- “Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur.” (HR. Bukhari).
Sikap orang yang bersemangat menuntut ilmu
- Ikhlas.
- Memiliki banyak teman yang memberinya motivasi untuk menuntut ilmu
- Hadir disekolah tepat waktu, mematuhi tata tertib sekolah, dan berdoa sebelum/sesudah belajar agar ilmu menjadi berkah.
- Sabar dalam menuntut ilmu
- Gemar membaca dan mencari ilmu.
NASEHAT IMAM SYAFI’I DALAM MENUNTUT ILMU
Dalam menuntut ilmu harus memenuhi 6 perkara,
1. Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang yang idiot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.
2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta dapatkan dalam tolabulilmi
2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta dapatkan dalam tolabulilmi
3. Sabar, artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain .
4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan
kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,
6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan
kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,
6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
Senin, 25 November 2019
Materi PAI kls X ips 1,2 & 3 berprilaku jujur
Pengertian Jujur, Manfaat, Dalil, Contoh dan Pembagiannya
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran.
Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat.
Pengertian Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq” yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata jujri adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kazibu”.
Secara istilah, jujur atau as-sidqu bermakna:
- kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
- kesesuaian antara informasi dan kenyataan.
- ketegasan dan kemantapan hati.
- sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.
Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
1. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh sehingga perbatan dahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.
Baca Juga : Menutup Aurat dan Berbusana Muslim
Ciri-Ciri Orang Berperilaku Jujur
1. tidak pernah berbohong
2. bersikap tegas
3. bicara apa adanya
4. menjalankan kepercayaan orang lain
5. tidak membohongi diri sendiri
6. memulangkan barang yg bukan miliknya
7. tidak berpura-pura
8. takut akan dosa
9. mengakui kesalahan dirinya
10. tak merugikan orang lain
Manfaat Berperilaku Jujur
1. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
2. Selamat dari azab dan bahaya
3. Mendapat pahala yang besar
4. Dalam menjani kehidupan sehari-hari tidak merasa terbebani apapun
5. Timbul sikap positif, tidak ada suap menyuap dalam kehidupan
6. Menimbulkan rasa percaya diri dalam diri kita
7. Meemiliki rasa optimis dalam kehidupan
8. Sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keuarga tersebut menjadi nyaman. Karena antara keluarga dapat berinteraasi tanpa beban dan saling membantu bila salah satu keluarganya dalam keadaan kesusahan.
9. Dengan sikap kejujuran pada seorang pelajar dapat menimbulkan semua tugas atau pekerjaannya cepat selesai dan mudah dalam mengerjaan. Dan tidak ada masalah yang menghadang.
10. Mendapat kepercayaan dari siapapun (orang tua, guru, atasan, bawahan, teman, lawan)
Contoh Perilaku Jujur
1. Di lingkungan Keluarga
- Tidak berpura-pura tidur atau berpura-pura belajar ketika diamanahi oleh orangtua.
- Menyampaikan hasil ujian kepada orangtua apa adanya.
- Tidak melebihkan uang membayar buku tidak sebagaimana mestinya.
- Mengembalikan uang kembalian belanja sebagaimana mestinya.
- Berkata terus terang apabila kita melakukan kesalahan seperti memecahkan perang.
2. Di lingkungan Sekolah
- Tidak menyontek ketika ujian.
- Tidak melakukan titip absen kepada temannya demi bisa membolos.
- Tidak malu bertanya kepada guru apabila belum memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
- Membayar harga barang yang dibeli sesuai ketentuan kantin sekolah.
- Mengembalikan buku yang dipinjam dari perpustakan sesuai tenggang waktu yang ditentukan.
3. Di lingkungan Masyarakat
- Tidak melakukan suap kepada polisi ketika kena tilang.
- Tidak melebihkan takaran timbangan harga agar mendapatkan keuntungan berlebih.
- Berjualan makanan menggunakan bahan-bahan yang aman bagi tubuh manusia.
- Tidak memilih pemimpin yang melakukan aksi “serangan fajar” maupun bagi-bagi sembao (BLT) terhadap rakyatnya agar dipilih kembali.
- Tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi Muhammad hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan misalnya, Rasulullah saw. berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”
Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah saw., berduyun-duyun kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur penuh pujian.
Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”
Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”
Dalil Tentang Kejujuran
1. Q.S. al-Māidah/5:8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
2. Q.S. at-Taubah/9:119
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt., dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
3. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)
4. Hadits dari Abu Bakar Assidiq
عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ ر.ض. قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ, فَاِنَّهُ مَعَ البِرَّ وَهُمَا فِى الْجَنَّةِ, وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ, فَاِنَّهُ مَعَ الْفُجُوْرِوَهُمَافِى النَّار. ابن حبان فى صحيحه
Artinya : Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “ Rasulullah saw. bersabda: “ Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. ( HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya)
Penerapan Perilaku Jujur dalam Kehidupan
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang ketika akan pergi ke mana pun.
2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya.
4. Melaporkan prestasi hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke sekolah.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.
10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati
Jumat, 22 November 2019
Materi PAI kls XI IPA 1 hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Agama Islam XI - Hormat dan Patuh pada orang tua dan guru
Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apakah kalian ingin kuberi tahu mengenai dosa-dosa besar yang paling berat?, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali, sampai orang-orang menjawab, “Ya tolong beritahukan kepada kami Ya Rasulullah.” Kemudian beliau mengatakan “Mempersekutukan Allah dan tidak taat kepada orang tuamu.”
Menghormati orang tua (birrul walidain)
a. Dalil naqli
- Qs. Al-Isra/17:23 - 24
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
- Qs. An-Nisa/4:36
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
- Qs. Al-Baqarah/2:115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
- Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang amal-amal yang paling utama dan paling dicintai Allah. Beliau menjawab , pertama, shalat pada awal waktu, kedua, berbakti kepada kedua orang tua dan ketiga, jihad di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dari Abdullah bin Amr, dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (H.R. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu”, Dia bertanya lagi , “Kemudian siapa?”, Beliau menjawab, “Ibumu.”, Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?.” Beliau menjawab, “Ibumu.”, DIa bertanya lagi, “Kemudian siapa?.”, beliau menjawab, “Kemudian ayahmu.” (H.R. Bukhari)
b. Sikap dan perilaku yang menunjukkan birrul walidain
- Mengikuti segala nasihat yang baik dan berusaha menyenangkan hatinya.
- Selalu memohonkan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Bergaul dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.
- Merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada keduanya.
- Apabila orang tua sudah meninggal, maka seorang anak harus memohonkan ampun kepada Allah, membayar utang, melaksanakan wasiat dan menyambung silaturrahim kepada teman dan kerabat kedua orang tuanya.
- Membantu orang tua dalam segala hal, baik akal fikiran, tenaga maupun financial.
Menghormati guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu.”
(H.R. Abu Hasan Mawardi).
Imam Al-Ghazali berkata,
“Seorang murid hendaklah memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya, mendiamkan diri sewaktu guru sedang menyampaikan pelajaran dan menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan guru.”
Sikap dan perilaku yang menunjukkan hormat dan patuh/santun pada guru
- Memuliakan, tidak menghina atau mencaci guru.
- Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
- Ketika belajar hendaknya berpakaian rapi dan sopan
- Tidak mengobrol atau sibuk sendiri saat guru sedang menjelaskan pelajaran.
- Beranya kepada guru apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti dengan cara yang baik.
- Saat bertanya menggunakan cara dan bahasa yang baik.
- Tidak menyeletuk atau bertanya yang tidak ada faedahnya yang sekedar mengolok-olok.
C. Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesame
Pentingnya menuntut ilmu
- Wahyu pertama yang diterima Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perintah menuntut ilmu. Qs. Al-Alaq/96:1-5.
- Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Qs. Al-Mujadilah/58:11.
Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam untuk menuntut ilmu.
- Qs. At-Taubah/9:122Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.
- Dari Anas radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas semua orang Muslim.” (HR. Baihaqi).
- “Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur.” (HR. Bukhari).
Sikap orang yang bersemangat menuntut ilmu
- Ikhlas.
- Memiliki banyak teman yang memberinya motivasi untuk menuntut ilmu
- Hadir disekolah tepat waktu, mematuhi tata tertib sekolah, dan berdoa sebelum/sesudah belajar agar ilmu menjadi berkah.
- Sabar dalam menuntut ilmu
- Gemar membaca dan mencari ilmu.
NASEHAT IMAM SYAFI’I DALAM MENUNTUT ILMU
Dalam menuntut ilmu harus memenuhi 6 perkara,
1. Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang yang idiot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.
2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta dapatkan dalam tolabulilmi
2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta dapatkan dalam tolabulilmi
3. Sabar, artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain .
4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan
kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,
6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan
kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,
6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
Langganan:
Postingan (Atom)